Selama saat wabah warga semakin banyak habiskan waktu di dalam rumah, cukup banyak salah satunya yang mulai jalankan hoby baru, satu diantaranya bercocok tanam atau menanam tanaman hias.
Tanaman hias itu juga tidak cuma untuk ditempatkan di luar rumah saja tapi juga banyak yang telah menjadikan sebagai sisi dari design interior di rumah atau yang sekarang ini lebih dikenali dengan istilah indoor jungle.
Keadaan ini sudah pasti jadi kesempatan yang lumayan menjanjikan untuk yang ingin memulai usaha tanaman hias. Apa lagi untuk mengawalinya tidak diperlukan modal yang terlampau besar dan usaha ini bisa juga digerakkan oleh siswa, ibu rumah-tangga, atau karyawan kantoran.
Tetapi yang perlu ditegaskan jika saat akan mengawali usaha ini, karena itu sang aktor usaha harus mempunyai hoby atau kesayangan pada tanaman hias. Sama seperti yang dikatakan oleh salah satunya pemilik tanaman hias, Dina dalam kanal youtube nya Efrodina Official.
Dina sendiri akui pertama kalinya mengawali usaha ini, modal yang dikeluarkannya benar-benar kurang dan didapat dari menyisihkan uang berbelanja sehari-harinya.
“Saya memang hoby menjaga dan menanam tanaman hias. Sebagai ibu rumah-tangga pasti kita tidak ada uang untuk mengawali usaha langsung besar untuk membeli tanaman hias . Maka saya pinggirkan ¼ dari uang berbelanja,” katanya.
Sesudah terkumpul sekitaran Rp300.000 ia lalu mulai membulatkan tekad untuk memulai menyetok pot tanaman yang waktu itu telah ngetrend di Jakarta tapi sedikit di wilayah Kalimantan. Disamping itu, untuk tanaman hiasnya ia mengawali dari tanaman sukulen kecil yang dibeli paketan dari petani.
“Satu paket itu didalamnya dapat 30 plant, lalu dapat dimulai dari tanaman sukulen kecil-kecil ini yang ditempatkan dalam pot,” katanya.
Dina sendiri merekomendasikan untuk yang ingin mengawali usaha jual pohon besar tak perlu langsung beli tanaman yang wah atau yang sedang ngetrend seperti monstera karena modalnya yang lumayan besar. Mulai dahulu dari yang kecil sekalian perlahan-lahan berkembang.
“Usaha tanaman hias harus didasari hoby tidak boleh karena hits lalu kejutan mulai usaha. Janganlah sampai karena tidak pahami berkenaan tanaman hias, telah beli dan menyetok lalu tanaman itu justru mati,” jelasnya.
Dalam pada itu, Madeleine Nathasia pemilik Kuma Living menjelaskan jika tiap tanaman hias mempunyai perawatannya masing-masing hingga pemilik usaha tanaman hias perlu mempunyai pengetahuan tentang itu.
Selainnya bermanfaat untuk upayanya bisa menjadi nilai lebih karena sanggup memberi info tentang tanaman hias itu ke beberapa konsumen. Apa lagi sekarang ini warga lebih suka dengan beragam tipe tanaman yang gampang dirawat hingga dapat bertahan semakin lama.
“Pemilik usaha harus juga dapat penelitian pasar, tipe tanaman apa yang mereka harapkan. Memang sekarang ini trendingnya itu tanaman Monstera, Aglonema, atau Antorium untuk tanaman berdaun tapi warga suka juga yang gampang dirawat dan tidak mudah mati,” jelasnya.
Madeleine sendiri akui pertama kalinya mengawali usaha ini, modal yang dikeluarkannya sekitaran Rp2 juta sampai Rp3 juta yang dipakai untuk beli sekitaran 30 tanaman dan pot yang selanjutnya dicat atau dikreasikan sendiri. Disamping itu, ia membuat packaging yang memikat sebagai nilai lebih dalam usaha tanaman hias yang dilaluinya.
“Setiap usaha harus mempunyai kelebihan masing-masing sebagai konsentrasinya. Kami di sini mempunyai keunggulan pada segi pot yang bentuknya dibikin secara handmade, tanamannya telah diberi pestisida hingga secara kualitas bagus,” katanya.
Sekarang ini, secara rerata Kuma Living dapat jual minimum Rp1 juta setiap hari dengan margin sekitaran 50 %, tapi margin itu dapat semakin besar. Karena, untuk mengembagkan tanaman baru, ia tak perlu beli tanaman sebab bisa didapat dari tanaman yang telah ada.
“Untuk keinginan setiap hari kita dapat semakin dari Rp1 juta jadi 1 bulan itu tentu minimum Rp30 juta untuk omsetnya. Itu di luar project, gift, souvenir, dan yang lain hingga dalam satu bulan dapat semakin dari itu,” jelasnya.